Puisi Pahlawan: Mengenang
Mengenang
oleh Yuliani Megantari
Muak jadi budak
Mereka maju dengan penuh yakin
Menentang benteng besi bersama
Sembilan Obor, telah menancap di sudut- sudut bumi
Bumi yang telah basah
Ketika mereka bergegas
Di pintu pagi yang cemas
Aku hanya dapat menanti kabar dari langit dan bumi
Dentang jam berbunyi detik demi detik
Waktu kian berlalu bagai air mengalir
Sekawanan burung gagak membawa kabar
Mereka telah pergi
Kembali pada cahaya, yang menjadi air
Mengalir pada muara yang tak pernah berbatas
Kembali pada api, tanah pijakan ibu pertiwi
Terbang ke atas langit tak berlapis
Yang menyatu bersama udara
Merongga dalam kekekalan
Bumi telah mencatat nama mereka
Pada sebuah puisi yang kurangkai ini
Dan terkenang menjadi dongeng anak negeri
Pahlawan
Sepenggal kisah dalam ingatan
Tersimpan luka yang tak terukur
Langit dan bumi menjadi saksi
Betapa besar pengorbananmu
Kau genggam bambu runcing ditangan kirimu
Keringat mencucur deras ditubuhmu
Siang malam kau berperang
Hingga kau taruhkan jiwa raga
Tanpa rasa takut
Tanpa rasa gentar
Tanpa rasa bimbang
Kau terus berperang
Demi bangsa ini
Demi Negara ini
Demi Indonesia
Ohh….. Pahlawan…
Terimakasihku padamu
Namamu slalu terkenang dalam hati
WANITAKU
By : Riky Fernandes
Kau tolong aku dari sempitnya dunia itu
Itu yang aku tak aku tahu apa itu?
Di tengah-tengah dua batang kaki
Aku menggelitik dengan tangis terpekik
Owwaaa...Owwaaa...
Apa aku tertawa...atau menangis...?
Owwaaa...Owwaaa...
Tak tahu makna tanya
Ku kenang masa itu
Kau santun kasih penuh kasih
Kau sumbangkan kecupan hangat di dahiku
Dan aku tersenyum ompong tanpa gigi
Dewasalah aku dalam rangkulanmu
Setiap waktu penuh haru
Aku yang selalu melawan
Menghela setiap ujaranmu
Maaf atas kejorokan itu
Kejorokan setiap perkataan kotor atas dirimu
Kian berlalu tangis si bayi
Hahahaha....Tertawa aku...
Aku dewasa atas jasamu...
Mengenang
oleh Yuliani Megantari
Muak jadi budak
Mereka maju dengan penuh yakin
Menentang benteng besi bersama
Sembilan Obor, telah menancap di sudut- sudut bumi
Bumi yang telah basah
Ketika mereka bergegas
Di pintu pagi yang cemas
Aku hanya dapat menanti kabar dari langit dan bumi
Dentang jam berbunyi detik demi detik
Waktu kian berlalu bagai air mengalir
Sekawanan burung gagak membawa kabar
Mereka telah pergi
Kembali pada cahaya, yang menjadi air
Mengalir pada muara yang tak pernah berbatas
Kembali pada api, tanah pijakan ibu pertiwi
Terbang ke atas langit tak berlapis
Yang menyatu bersama udara
Merongga dalam kekekalan
Bumi telah mencatat nama mereka
Pada sebuah puisi yang kurangkai ini
Dan terkenang menjadi dongeng anak negeri
Pahlawan
Sepenggal kisah dalam ingatan
Tersimpan luka yang tak terukur
Langit dan bumi menjadi saksi
Betapa besar pengorbananmu
Kau genggam bambu runcing ditangan kirimu
Keringat mencucur deras ditubuhmu
Siang malam kau berperang
Hingga kau taruhkan jiwa raga
Tanpa rasa takut
Tanpa rasa gentar
Tanpa rasa bimbang
Kau terus berperang
Demi bangsa ini
Demi Negara ini
Demi Indonesia
Ohh….. Pahlawan…
Terimakasihku padamu
Namamu slalu terkenang dalam hati
WANITAKU
By : Riky Fernandes
Kau tolong aku dari sempitnya dunia itu
Itu yang aku tak aku tahu apa itu?
Di tengah-tengah dua batang kaki
Aku menggelitik dengan tangis terpekik
Owwaaa...Owwaaa...
Apa aku tertawa...atau menangis...?
Owwaaa...Owwaaa...
Tak tahu makna tanya
Ku kenang masa itu
Kau santun kasih penuh kasih
Kau sumbangkan kecupan hangat di dahiku
Dan aku tersenyum ompong tanpa gigi
Dewasalah aku dalam rangkulanmu
Setiap waktu penuh haru
Aku yang selalu melawan
Menghela setiap ujaranmu
Maaf atas kejorokan itu
Kejorokan setiap perkataan kotor atas dirimu
Kian berlalu tangis si bayi
Hahahaha....Tertawa aku...
Aku dewasa atas jasamu...
0 komentar:
Posting Komentar